Welcome

Cinta Tidak sama dengan Nafsu, Keromantisan maupun Tergila-Gila

Cinta adalah konsep yang sering kali rumit dan subjektif, tetapi pada intinya, ini adalah bentuk cinta yang mendalam, tulus, dan abadi antara dua orang

Cinta lebih dari sekadar perasaan, tetapi juga merupakan tindakan dan komitmen yang konsisten dari kedua belah pihak untuk memelihara dan memperkuat hubungan mereka seiring waktu. Hal ini melibatkan kerja keras, komunikasi yang jujur, dan rasa hormat yang mendalam satu sama lain.

1. Cinta sejati tidak sama dengan nafsu

Cinta dan nafsu sering kali membingungkan kita. Sebenarnya, kebanyakan tema film, lirik lagu, dan cerita dalam novel, bukanlah tentang cinta, melainkan nafsu. Bagaimana membedakannya?

Cinta tahan uji… nafsu mudah luntur…Cinta menghargai… nafsu memanfaatkan…Cinta itu membahagiakan…nafsu itu mengecewakan…Cinta itu mengukir tawa…nafsu itu menggoreskan tangis…Cinta ingin selalu memberi…nafsu berhasrat untuk selalu memiliki…Cinta ingin menyayangi…nafsu hanya ingin menggerayangi…

Daya tarik fisik sering kali menjadi satu sinyal awal dari tumbuhnya nafsu. Jadi, rasa ketertarikan karena faktor fisik, belum tentu merupakan cinta sejati. Cinta sejati tidak terlalu memperhatikan fisik, tapi lebih pada nilai-nilai yang dimiliki dari seseorang yang layak untuk dicintai.

2. Cinta tidak sama dengan keromantisan

Perasaan romantis memang luar biasa dalam hubungan dekat antara pria dan wanita. Allah memang merancang agar kita mengalami perasaan seperti ini dalam hubungan istimewa dengan lawan jenis. Namun, gairah dan kehangatan romansa tidak dapat disamakan dengan cinta. Keromantisan merupakan suatu perasaan, sedangkan cinta sejati memiliki makna yang jauh lebih dalam. Meskipun begitu, keromantisan

adalah suatu hal yang sangat penting dalam cinta. Bahkan, dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa demi keromantisan dalam keluarga, Rasulullah pun mandi bersama dengan istrinya.

3. Cinta sejati tidak sama dengan tergila-gila

Perasaan tergila-gila adalah daya tarik dan gairah yang kuat dalam diri seseorang terhadap lawan jenisnya. Kamu akan memikirkan dia, siang dan malam. Pikiranmu tersita oleh orang itu, sehingga kau tidak dapat berkonsentrasi pada hal lain. Kata lain dari perasaan tergila-gila ialah puppy love atau juga dikenal dengan cinta monyet. Saat jatuh cinta atau cinta pada pandangan pertama, biasanya orang-orang berbicara tentang perasaan tergila-gila. Perasaan yang ada, lebih dalam bentuk obsesi, hasrat yang menggebu-gebu karena masih baru, tetapi ketika semakin lama waktu berjalan, apalagi ada hal lain yang menggoda, maka perasaan lama menjadi kadaluarsa. Rasa cinta monyet akan hilang dan tinggal monyetnya saja yang mencari kegilaan baru.

4. Cinta sejati tidak sama dengan seks

Cinta merupakan proses, seks merupakan suatu tindakan. Cinta bisa dipelajari, seks merupakan naluri. Cinta membutuhkan perhatian terus-menerus, seks tidak perlu seperti itu. Cinta membutuhkan waktu untuk berkembang dan menjadi dewasa, seks tidak perlu waktu untuk berkembang. Cinta membutuhkan interaksi emosional dan rohani, seks hanya membutuhkan interaksi fisik. Cinta membuat hubungan makin dalam, seks tanpa cinta membuat hubungan jadi renggang. Bahkan, tak jarang orang hanya berpacaran hanya untuk ehem, sekali ketemu ehem, ketemu ehem lagi, gak bosen apa pacaran kegiatannya cuma ehem doang?

Aku mencintaimu, jika…”

Cinta bersyarat, cinta jika’, ialah cinta yang mengajukan persyaratan. Cinta semacam ini diberikan atau diterima jika persyaratan tertentu dipenuhi. Contohnya, aku mencintaimu jika kau mau berhubungan seks denganku sekali saja. Atau, aku menerima cintamu jika kau punya mobil pribadi, vila di puncak, royal dalam membelanjakan uang, dan sebagainya

Cinta jika selalu mengikat, selama syarat terpenuhi, hubungan itu baik-baik saja. Namun, saat persyaratan itu tak terpenuhi, cinta itu pun pupus. Banyak ikatan kandas karena dibangun berdasarkan ‘cinta jika’. Cinta jika bukan cinta sejati. Jika kau berhubungan dengan seseorang dan merasa harus melakukan sesuatu dulu untuk mendapatkan cinta, berarti hubungan yang kau miliki bukan didasarkan pada cinta sejati.

Aku mencintaimu karena…”

Seseorang mencintai orang lain karena sesuatu yang dimiliki atau dilakukan orang itu. Contoh, aku mencintaimu karena kamu cantik, seksi, baik, dan sebagainya. Kedengarannya ‘cinta karena’ cukup bagus. Ham- pir semua orang suka dicintai karena pribadi mereka, atau apa yang mereka lakukan. ‘Cinta karena bukanlah cinta sejati. Kamu mungkin merasa tertarik kepada seseorang karena kepribadiannya, kedudukannya, kecerdasannya, kecantikannya, keterampilannya, dan sebagainya. Namun, jika dasar cintamu tidak lebih dalam dari apa yang sekadar terlihat dan dimiliki atau dilakukan seseorang, maka cinta itu tidak akan bertahan lama.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top

Selamat Datang