Kenyataan yang Memilukan Sejak kuliah saya merasa yakin sekali bahwa bila saya belajar keras, saya akan menjadi mahasiswa teladan. Sungguh benar, akhirnya saya terpilih sebagai mahasiswa teladan nomor satu untuk Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret tahun 1991.
Sejak awal bekerja saya yakin sekali bahwa saya pasti akan sukses dalam bekerja. Keyakinan itu antara lain muncul dari kesadaran bahwa saya punya bekal yang bagus. Bekal saya adalah piagam sebagai Mahasiswa Teladan, Juara Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Tingkat Universitas, LKTI Tingkat Re- gional B (DKI Jakarta, Jabar, Jateng, DIY), Juara II LKTI Tingkat Nasional tahun 1989, Juara I Cepat Tepat P4 Tingkat Fakultas Hukum UNS, Juara I Cepat Tepat P4 Tingkat Universitas, Juara I Cepat Tepat P4 Tingkat Wilayah, Juara III Cepat Tepat P4 Tingkat Provinsi Jawa Tengah, dan lain-lain piagam yang totalnya berjumlah 32 buah.
Karena saya begitu sukses sewaktu kuliah, orangtua saya beranggapan bahwa adalah sayang sekali bila saya hanya berdagang di kota kecil. Karena itu, meskipun latar belakang orangtua saya adalah pedagang, mereka meng- anjurkan saya untuk mencari pekerjaan di perusahaan besar, di kota besar.
Saya melamar dan diterima di Management Development Program di bank swasta terbesar saat itu. Setelah bekerja dan belajar keras, akhirnya saya mencapai posisi sebagai pemimpin cabang utama. Selama di bank tersebut saya sempat mencetak prestasi:
- Pada tahun 1995, berhasil mengubah sebuah cabang dengan 22 cabang
pembantu di Jawa Timur dari posisi sebagai “yang terjelek” menjadi “yang
terbaik”. Menurut hasil audit, cabang itu dinilai “terjelek di Indonesia”, tapi hanya dalam waktu 4 bulan, cabang itu menjadi “terbaik di seluruh Indone- sia”. - Pada tahun 1995, berhasil mengubah sebuah cabang dengan 15 cabang pembantu di Jawa Tengah, dari “hasil audit nomer 2 terjelek di Indonesia” menjadi “hasil audit nomor 2 terbaik di seluruh Indonesia”, hanya dalam waktu 3 bulan.
- Pada tahun 1997, berhasil mengubah sebuah cabang dengan 18 cabang pembantu di Jawa Timur, dari “hasil audit terjelek di Indonesia” menjadi “hasil audit terbaik di seluruh Indonesia”.
- Meningkatkan pemegang kartu ATM di sebuah Kantor Cabang di Jawa Timur, dari nomor 7 di luar Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi) menjadi nomor 1 di luar Jabotabek.
- Pertumbuhan pemegang kartu kredit terbesar di Indonesia.
- Pulih pertama kali ketika terjadi pengambilan uang besar-besaran di bank.
- Tingkat mati mesin ATM terendah di seluruh Indonesia.
Karena prestasi seperti itu, saya mengalami kenaikan gaji setahun tiga kali. yang caranya akan saya sampaikan pada Bab 8.
Pada suatu hari saya mendapat kabar bahwa ayah saya sakit keras. Ayah saya sakit lever parah, dalam kondisi bengkak dan kuning di seluruh badan, dan tidak boleh bergerak di ranjang. Setelah 19 hari beliau dirawat di Solo tanpa kemajuan, saya berinisiatif untuk mengambil cuti tanpa digaji selama sepuluh hari + cuti tanpa digaji selama 30 hari untuk mengantarkan ayah saya ke Jakarta. Sebelum ke Jakarta saya mencari keterangan mengenai siapa dokter yang ahli lever. Setelah tahu dan membuat janji untuk bertemu dengan dokter tersebut, saya dan ayah saya berangkat ke Jakarta.
Satu hari menunggu di rumah sakit tersebut, listrik padam. Rumah sakit hanya menggunakan genset, sehingga pendingin ruangan dimatikan. Sampai malam tidak ada seorang dokter pun yang mendatangi ayah saya. Setelah bertanya ke sana ke mari, kami baru tahu bahwa dokter yang punya janji ketemu dengan kami baru saja berangkat ke Amerika selama 10 hari tanpa memberi tahu. Bahkan staf rumah sakit juga tidak tahu.
Karena dokter ahli tidak ada dan kamar begitu pengap, malam hari itu juga kami pindah ke sebuah rumah sakit di Jakarta Utara. Di situ seorang dokter lulusan Jerman langsung menangani ayah saya dengan cekatan. Sayangnya dokter ini sangat tidak sabaran dan sangat menyinggung perasaan, maka esok paginya kami putuskan untuk membawa ayah saya ke Singapura.
Malam hari kami sampai, dan dokter Singapura langsung berangkat dari rumahnya ke rumah sakit untuk memeriksa ayah saya. Baru beberapa hari di sana ayah saya divonis kena penyakit tambahan. Selain lever tidak berfungsi, karena kondisinya yang lemah, ayah saya terkena virus MRSA (Meticillin Re- sistant Stapelococus Aerus), sejenis virus yang menurut penjabaran dokter Singapura itu tidak ada obat penangkalnya. Ayah saya dikarantina di ruang khusus. Semua dokter dan suster yang masuk ke ruang ini menggunakan masker, kaos tangan karet, penutup rambut, dan penutup baju. Sungguh mengejutkan untuk saya.
Selain itu, ada fakta yang lebih melukai hati saya. Ternyata gaji saya sebulan sebagai pemimpin cabang utama tidak cukup untuk membayar biaya rumah sakit ayah saya di Singapura selama sehari!
Sungguh suatu pengalaman yang menyakitkan: ketika orang yang kita cintai sakit, kita tidak bisa berkontribusi dengan memberikan pengobatan yang terbaik.
Saat di Singapura, saya merasa sangat down, kecewa, putus asa sebuah kondisi yang tidak menguntungkan untuk menjaga orang sakit. Saya tahu bahwa saya harus tetap bersemangat agar ayah saya juga tetap bersemangat untuk hidup. Karena itu, waktu saya melihat ada satu seri kaset motivasi dari Anthony Robbins, saya memutuskan untuk membeli. Masalahnya, harga kaset Anthony Robbins tersebut lebih besar daripada gaji saya sebulan. Uang saya pun sangat mepet, meskipun dibantu oleh adik-adik dan kakak-kakak yang sangat tulus. Karena itu, ketika saya memutuskan untuk membeli kaset tersebut, saya juga bertekad untuk berhemat dengan makan sehari hanya dua kali. Sebelum kejadian tersebut saya sangat tidak bisa menahan rasa lapar, karena saya menderita sakit maag. Saya tahan lapar saya dengan minum air putih sekenyangnya (yang dengan gratis bisa diambil dari setiap sudut rumah sakit). Bila lapar lagi, minum air putih yang banyak lagi. Berat badan saya langsung turun 8 kilo.
Saya dengarkan seri kaset tersebut setiap hari, dan saya lakukan apa yang ditugaskan dalam kaset tersebut. Karena kaset itu saya jadi tahu bahwa bila saya mengerjakan sesuatu yang sama terus menerus, hasilnya juga akan tetap sama. Karena itu, saya putuskan untuk memajukan diri (bahasa orang negatif adalah “meng- undurkan diri”) di luar per- bankan.
Sebelum kejadian itu, sebenarnya saya pernah mendapat tawaran dari perusahaan lain untuk pindah. Tawarannya sangat serius, sebanyak 12 kali, dengan gaji sekian kali lipat. Tawaran itu selalu saya tolak. Karena kejadian di Singapura itu, saya langsung mengiyakan tawaran kedua belas untuk menjadi Senior Vice President di sebuah dotcom company dengan gaji sekian kali lipat. Waktu itu saya merasa bahwa gaji yang besar adalah pemecahan masalah keuangan saya. Tapi… akhirnya saya tahu bahwa ini pun salah. Ya, ada yang salah di sini, karena begitu gaji membesar, gaya hidup juga ikut membesar, rumah bertambah besar, ruangan kantor bertambah besar, mobil dengan kapasitas mesin yang besar, televisi bertambah besar, (untung…istri tidak tambah besar), bahkan utang pun bertambah besar. Pemecahan sebenarnya adalah bukan hanya penghasilan yang harus bertambah besar, melainkan cara yang tepat untuk mengatur penghasilan yang tambah besar tersebut. Itulah yang akan membuat orang sukses secara keuangan.
Akhirnya pengobatan dibantu oleh adik dan kakak saya yang dengan begitu luar biasa mau mengorbankan banyak harta pribadi. Kesehatan ayah saya membaik. Bagi saya, Ayah merupakan teladan dari sebuah kemauan hidup yang luar biasa. Ayah saya tidak runtuh karena ramalan dokter yang negatif. Beliau tetap tegar menghadapi sakitnya dan memutuskan untuk menang dengan cara yang sangat anggun.
Inilah titik tolak revolusi kehidupan saya, yang juga menyangkut revolusi kondisi keuangan saya. Revolusi itu dimulai dengan petualangan saya belajar dari buku-buku, kaset-kaset, serta seminar-seminar. Setiap kali mendapat penghasilan, saya menggunakannya untuk terus belajar dan praktek dari orang- orang yang saya anggap dahsyat.
Sebagai akibatnya, dalam waktu setahun terjadi perubahan yang luar biasa dalam kondisi keuangan saya. Apa yang saya dapatkan dari bekerja selama 10 tahun bisa saya dapatkan dalam waktu sebulan. Penghasilan setahun saya yang dulu bisa saya dapatkan dalam 15 menit. Dan yang lebih indah lagi, saya bisa mulai kehidupan dengan financial independence, bisa membiayai gaya hidup saya tanpa harus bekerja lagi. Kiranya segalanya akan berjalan lancar sekali, bila tidak ada perubahan ekonomi dan politik secara besar-besaran.