Welcome

Memahami Hati (Lawan Bicara) Akan Membuat Percakapan Lebih Baik, Menjernihkan Kesalahpahaman Membuat Hubungan (Manusia) Lebih Baik

       Setiap tahun, ada banyak buku mengenai percakapan yang diterbitkan. Para pembaca akan menemukan dan membaca buku yang mereka butuhkan. Itulah gagasan utamanya.
“Ubah nada suara Anda.”
     “Cara bicara kita harus disesuaikan dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar kita.”
Anehnya, banyak buku mengabaikan masalah besar yang muncul dalam suatu percakapan. Manusia tidak dapat berbicara dan memahami kata-kata orang lain secara akurat, seperti sebuah robot. Tidak peduli seberapa baik kita berbicara, pasti ada beberapa pendengar yang jatuh ke dalam perangkap kesalahpahaman. Hal yang sebaliknya juga terjadi: kesalahpahaman bisa terjadi, tidak peduli sebaik apa pun orang lain mencoba mendengarkan.
Kita sering berada dalam situasi untuk mengatakan hal-hal seperti ini.
“Bukan seperti itu maksudku.”
“Mengapa nada bicaramu seperti itu!”
“Mengapa kamu terus berdebat denganku?”
“Lagi-lagi kamu bohong.”
        Kesalahpahaman yang berlarut-larut akan menghancurkan hubungan manusia. Apakah kesalahpahaman ini terjadi karena kesalahan satu pihak? Tidak. Hal ini bisa terjadi karena faktor psikologis kita dan lawan bicara kita yang memengaruhi sebuah percakapan. Sama seperti ungkapan, “Bukan apa yang kamu katakan, tetapi cara kamu mengatakannya.” Kata yang sama bisa dirasakan berbeda, tergantung pada psikologi orang-orang yang terlibat dalam percakapan tersebut.
Mengapa demikian? Karena secara psikologis, setiap manusia memiliki “Jendela Johari” yang terdiri atas empat jendela, yaitu daerah terbuka (open area), daerah tersembunyi (hidden area), daerah tidak terlihat (blind area), dan daerah tidak dikenal (unconscious area). Jika keempat jendela tersebut tidak berjalan dengan baik, komunikasi pun tidak akan berjalan lancar dan menimbulkan kesalahpahaman. Tidak peduli apakah Anda sedang berbicara dengan ahli komunikasi, jika keempat jendela tersebut tidak berjalan dengan baik, mereka pasti akan salah paham. Hal ini akan dibahas secara terperinci di bab yang lain.
       Sejumlah faktor psikologis lain juga memengaruhi suatu percakapan dan hubungan. Misalnya, orang mudah salah mengira hal-hal yang dirasa sangat jelas (Invisible Gorilla Experiment atau Eksperimen Gorila Tak Kasat Mata); orang mudah menilai orang lain (Cognitive Misleading Effect atau Efek Kognitif yang Menyesatkan); orang hanya melihat apa yang ingin mereka lihat dan hanya percaya apa yang ingin mereka percayai (Confirmation Bias atau Prasangka Konfirmasi); bahwa secara naluriah orang-orang membedakan antara pihak mereka dan musuhnya (Amigdala’s Dichotomy atau Dikotomi Amigdala); orang tertarik pada orang yang mirip dengan mereka (Law of Similarity atau Hukum Kesamaan); orang memandang segala sesuatunya secara negatif ketika harga diri mereka rendah (Cause of Inferiority Complex atau Penyebab Rasa Rendah Diri); orang berbohong untuk bertahan hidup (Instinctive Lie atau Insting untuk Berbohong), dan sebagainya.
       Manusia tidak bisa lepas satu langkah pun dari faktor psikologis ini. Itulah sebabnya kita sering mengalami kesalahpahaman dalam kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja. Sekarang kita jadi tahu bahwa kesalahpahaman bisa terjadi bukan karena kesalahan siapa pun. Oleh karena itu, untuk meminimalkan kesalahpahaman, kita perlu memahami psikologi dan berkomunikasi secara berbeda. Jika sudah menguasai keduanya, kita dapat meraih keharmonisan dan kebahagiaan dalam hubungan antarmanusia, serta bebas dari konflik dan kecemasan yang muncul hanya karena suatu percakapan.
       Buku ini menjelaskan alasan psikologis mengapa kesalahpahaman dalam berkomunikasi tidak bisa dihindari. Selain itu, kami juga memberikan panduan tentang cara membuka diri dan berkomunikasi dengan orang lain untuk mencegah kesalahpahaman. Buku ini juga akan membahas berbagai kasus konseling yang dilakukan oleh pakar komunikasi psikologi ternama di Korea.
      Buku ini dibagi menjadi enam bab utama. Bab 1 mengeksplorasi bahwa kesalahpahaman tidak dapat dihindari karena ada alasan psikologis yang memengaruhi suatu hubungan. Dengan memahami secara psikologis, kita dapat menghindari rasa takut dalam hubungan antarmanusia. Bab 2 akan menjelaskan perilaku menyesatkan yang diabaikan oleh banyak orang. Bab 3 tentang bagaimana kita melihat ke dalam pikiran dan menjelaskan mengapa terjadi kesalahpahaman dalam suatu hubungan, serta bagaimana mengembalikan harga diri kita. Di Bab 4, kita diajak untuk melihat ke dalam pikiran orang lain. Ternyata banyak kesalahpalahaman muncul karena kita berbicara dari sudut pandang kita sendiri. Oleh karena itu, pelajari bagaimana orang lain berbeda dengan kita dan bagaimana kita dapat menerima sinyal positif dari mereka. Bab 5 akan membantu kita mengembangkan kemampuan untuk mengambil pandangan holistik dan objektif dari situasi yang kita hadapi sehari-hari. Sementara Bab 6 akan memandu kita untuk memahami hubungan manusia, serta cara memimpin suatu percakapan dan hubungan.
Ada banyak orang yang sakit hati karena kesalahpahaman dalam percakapan. Saya berharap buku ini bisa mengobati Anda semua.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top

Selamat Datang