Wahai saudaraku, pernahkah Anda merasakan sebuah keadaan di mana berbagai cobaan datang silih berganti, berbagai musibah datang menerpa, berbagai kesulitan hidup menghimpit jiwa dan menyesakkan dada kita? Pernahkah Anda merasakan sebuah keadaan dimana berbagai upaya telah kita tempuh, berbagai ikhtiar dan doa telah kita jalani, akan tetapi permasalahan itu tak kunjung selesai, hanya tinggal kepasrahan kepada kehendak Allah yang menyelimuti pikiran kita, pernahkah kita mengalaminya?
Itu merupakan sebuah dinamika hidup yang harus kita jalani. Sesungguhnya setelah kelaparan ada kenyang, sesudah dahaga ada kesejukan, setelah bekerja ada istirahat, setelah sakit ada sembuh. Yang sesat akan menemukan jalannya, yang telah melalui kegelapan akan menemui secercah cahaya terang. Bagaimanapun hidupmu, pastikan jangan membuatmu bersedih. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sebagaimana firman Allah:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (al-Insyirah: 5-6).
Bukan hanya kita sebagai manusia biasa yang mengalaminya, kekasih-kekasih Allah seperti para nabi-Nya pun tak kan luput dari permasalahan tersebut. Rasulullah pun pernah mengalami berbagai cobaan dalam hidupnya. Percobaan pembunuhan, pelecehan, cacian, hingga pemboikotan pun pernah beliau rasakan. Namun, sungguh luar biasa ketabahan dan keoptimisan beliau dalam mengadapi itu semua.
Ketika ayat 5-6 surat al-Insyirah turun, Rasulullah bersabda, yang artinya, “Bergembiralah kalian semua, karena akan datang bagi kalian kemudahan Kesukaran tidak akan mengalahkan dua kemudahan.” (HR. Ibnu Jarir, bersumber dari al-Hasan).
Maka saudaraku, berilah kabar gembira bagi malam yang gelap, bahwa esok lusa akan terbit fajar terang dari puncak gunung dan celah-celah lembah. Berilah kabar gembira bagi mereka yang dalam keadaan gelisah dan goncang, bahwa akan muncul kegembiraan dan ada kelembutan tersembunyi di balik penderitaan itu.
Ketika kita hendak menuju Jakarta dari Surabaya, dapat dipastikan kita tidak akan langsung melihat Jakarta pada langkah-langkah awal. Setapak demi setapak, hanya akan terlihat di depan mata kita berbagai pemandangan yang jaraknya hanya sekian meter dari posisi kita. Namun, bila kita terus berjalan, maka Jakarta akan segera terlihat oleh mata dan sampai pula kita di sana. Sesungguhnya, setiap muara ada hulunya, atau sebaliknya. Ada ujung, ada pangkalnya. Ada kesulitan, pasti setelah itu ada kemudahan.
Sebagai seorang mukmin, kita harus yakin bahwa setelah kesulitan akan datang kemudahan. Yakinlah bahwa apabila himpitan dan kesulitan itu telah mencapai puncaknya, maka insya Allah akan berakhir dan terlewati dengan hadirnya kemudahan dan kelapangan.
Lihatlah bagaimana saat Imam Ahmad bin Hambal dipenjarakan dan dicambuk, apa yang terjadi pada beliau setelah itu? Beliau menjadi imam Ahlus Sunah. Imam Ibnu Taimiyyah keluar dari tahanannya dengan mem- bawa ilmu yang berlimpah ruah. Mengarang 20 jilid buku fikih. Ibnu Katsir ibnu Jauzi di Baghdad dan Imam Malik bin Raib ditimpa musibah yang hampir mematikan beliau. Dengan penderitaannya itu, beliau telah menulis
qashidah yang benar-benar membuat orang terpukau. Syair-syair beliau yang membuat orang terperangah membacanya, dapat mengalahkan syair-syair para penyair dinasti ‘Abbasiyyah yang terkenal itu.
Apabila seseorang menimpakan mudarat kepadamu dan jika kamu ditimpa musibah, maka lihatlah dari sisi lainnya. Bila kamu melihat kegelapan, carilah titik terangnya. Apabila kamu dijamu oleh seseorang dengan secangkir jeruk nipis yang asam, maka tambahkanlah gula di dalamnya agar terasa manis.
Bila kamu benci sikap seseorang, jangan jauhi ia. Ambil dan lihat sisi baiknya, karena Allah berfirman:
…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu….” (al-Baqarah: 216)